Grit Itu Penting, Tapi Arah Lebih Penting

Kita hidup di zaman di mana kegigihan atau grit sering dijadikan mantra kesuksesan. Kita diajarkan untuk keep going, never give up, dan percaya bahwa siapa pun bisa berhasil asal cukup tekun.

Tapi, bagaimana jika kita sedang gigih menjalani sesuatu yang salah arah? Apakah grit masih menjadi keunggulan atau justru jebakan?

Photo by Gemini

Dalam bukunya Mendaki Tangga yang Salah, Eric Barker mengingatkan bahwa grit memang luar biasa, tapi kalau kamu bersikeras mendaki tangga yang bersandar di tembok yang salah, kamu tetap akan sampai di tempat yang salah.

Perangkap Grit tanpa Arah

Grit membuat kita mampu bertahan saat tantangan datang dan tetap berusaha meski hasil belum terlihat. Tapi masalahnya, banyak orang terlalu fokus “bertahan” tanpa mengevaluasi ke mana sebenarnya mereka sedang menuju.

Kita bisa saja sibuk bekerja keras dalam karier yang tidak lagi relevan, mempertahankan proyek yang tak lagi bernilai. Sibuk mengejar tujuan yang bukan milik kita, hanya karena tidak mau terlihat gagal atau menyerah.

Grit tanpa arah seperti menginjak gas mobil di jalanan yang salah. Cepat memang, tapi bukan berarti menuju tempat yang benar.

Mengapa Arah Lebih Penting dari Sekadar Grit

Eric Barker menekankan bahwa kegigihan tanpa refleksi bukanlah kekuatan, melainkan kebutaan. Dunia kerja dan kehidupan pribadi penuh perubahan, dan kemampuan untuk menyesuaikan arah justru menjadi penentu keberhasilan jangka panjang.

Menurut Barker, orang-orang yang sukses bukan hanya mereka yang gigih, tapi mereka yang tahu kapan harus berhenti, mengevaluasi, dan berani berbelok saat diperlukan.

Seseorang yang tahu apa yang ia tuju akan jauh lebih efektif. Bahkan, dengan upaya yang lebih sedikit dibandingkan orang yang bekerja keras tapi salah arah. Arah yang tepat memberi makna pada usaha, sedangkan grit tanpa arah hanya menambah lelah.

Bagaimana Menemukan Arah yang Tepat?

Jadi, jika grit adalah tenaga pendorong, maka arah adalah peta dan kompas. Bagaimana kita memastikan kita memiliki kompas yang akurat?

  • Refleksi Diri Mendalam: Kenali diri kamu. Apa nilai-nilai inti kamu? Apa yang benar-benar kamu nikmati? Apa yang membuat kamu merasa “hidup”? Apa kekuatan dan kelemahan terbesar kamu?
  • Tanyakan “Untuk Apa” Sebelum “Bagaimana”: Jangan langsung fokus ke strategi atau cara, tapi gali dulu alasan di baliknya. Apakah ini tujuan yang kamu inginkan, atau hanya karena dorongan lingkungan?
  • Eksplorasi dan Eksperimen: Jangan takut mencoba hal-hal baru atau mengambil risiko kecil. Terkadang, kita baru menemukan arah yang tepat setelah mencoba beberapa jalan yang salah.
  • Lakukan evaluasi berkala: Secara berkala, luangkan waktu untuk meninjau ulang arah hidup, karier, atau proyekmu. Apakah kamu masih bergerak ke arah yang kamu yakini?
  • Cari Umpan Balik: Bicara dengan mentor, teman, atau profesional yang bisa memberikan perspektif objektif tentang jalan yang kamu pilih.
  • Fleksibilitas: Arah bisa berubah seiring waktu. Jangan terpaku pada satu jalur jika itu sudah tidak lagi relevan atau tidak membuat kamu bahagia. Sesekali, berhenti sejenak untuk memastikan kamu masih di jalur yang benar.

Penutup

Grit adalah sifat yang luar biasa, tidak diragukan lagi. Namun, seperti yang dituliskan Eric Barker, menuangkan semua energi dan kegigihan pada tangga yang salah hanya akan membawa kamu semakin jauh dari kesuksesan sejati.

Prioritaskan untuk menemukan arah yang tepat terlebih dahulu, barulah kemudian curahkan semua grit kamu untuk menaklukkannya. Dengan begitu, setiap langkah yang kamu ambil akan benar-benar berarti.

Jangan hanya sibuk memanjat tangga, pastikan dulu tangganya bersandar pada tembok yang benar.

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top