Di era di mana “ikutilah passion-mu” menjadi mantra karier, tak sedikit dari kita yang justru merasa semakin bingung dan tersesat. Kita sibuk mencari “panggilan sejati,” berharap sebuah pencerahan akan datang dan menuntun kita ke pekerjaan impian.
Namun, bagaimana jika pencarian tanpa henti ini justru menjauhkan kita dari kepuasan kerja yang sebenarnya?

Buku revolusioner “So Good They Can’t Ignore You: Why Skills Trump Passion in the Quest for Work You Love” karya Cal Newport menawarkan sudut pandang yang menyegarkan dan jauh lebih pragmatis.
Newport berargumen bahwa mengejar passion adalah cara yang salah untuk membangun karier yang memuaskan. Sebaliknya, fokuslah untuk menjadi sangat baik dalam apa yang kita lakukan, sehingga keahlian kita menjadi tak tergantikan.
Mitos tentang Passion
Kita sering mendengar bahwa di dalam diri kita sudah ada “passion” yang menunggu untuk ditemukan. Begitu ketemu, semuanya akan terasa mudah dan bahagia. Newport dengan tegas membantah gagasan ini. Ia menyebutnya sebagai “passion mindset”, yaitu pola pikir yang berfokus pada apa yang ditawarkan dunia kepada kita.
Menurut Newport, kebanyakan orang tidak lahir dengan passion yang sudah terbentuk untuk suatu pekerjaan. Sebaliknya, passion seringkali merupakan hasil dari penguasaan dan keahlian. Saat kamu menjadi sangat kompeten dalam suatu bidang, kamu mulai merasakan kendali, kebanggaan, dan minat yang mendalam.
Dalam bukunya, Cal Newport menyatakan bahwa passion muncul setelah kamnu bekerja keras untuk menjadi unggul dalam sesuatu yang berharga, bukan sebelumnya. Dengan demikian, bagaimana kamu melakukan pekerjaan jauh lebih penting daripada sekadar jenis pekerjaan apa yang kamu lakukan.
Ini adalah perubahan paradigma yang krusial. Alih-alih menunggu percikan dari passion, kita seharusnya menciptakan percikan itu melalui dedikasi dan peningkatan diri.
Bangun “Career Capital”
Jika bukan passion, lalu apa yang harus kita kejar? Newport memperkenalkan konsep “Career Capital” atau modal karir. Ini adalah kumpulan keterampilan yang langka dan bernilai tinggi yang kamu kembangkan dalam karier.
Bayangkan seorang musisi yang berlatih ribuan jam hingga jari-jarinya menari di atas tuts piano dengan mahir. Atau seorang developer yang menguasai bahasa pemrograman kompleks hingga bisa membangun aplikasi inovatif.
Mereka tidak memulai dengan “passion” yang membara, tetapi dengan tekad untuk menguasai. Dengan setiap jam latihan dan setiap proyek yang diselesaikan, “career capital” mereka bertambah.
Adopsi Craftsman Mindset
Bagaimana cara membangun “career capital”? Dengan mengadopsi “Craftsman Mindset” atau pola pikir pengrajin. Ini adalah kebalikan dari “passion mindset”. Alih-alih bertanya “Apa yang bisa dunia berikan padaku?”, Kamu bertanya, “Apa yang bisa aku berikan pada dunia?”.
Pola pikir ini mendorong kamu untuk:
- Fokus pada kualitas: Lakukan pekerjaan kamu dengan sangat baik, bukan hanya sekadar selesai.
- Terus belajar dan meningkatkan diri: Anggap setiap tugas sebagai kesempatan untuk mengasah keterampilan kamu.
- Mencari feedback: Aktif mencari masukan untuk mengetahui area mana yang perlu kamu perbaiki.
- Berani menghadapi kesulitan: Pahami bahwa menjadi ahli memerlukan upaya dan mengatasi rintangan.
Newport menekankan bahwa terlepas dari pekerjaan kamu, pola pikir pengrajin meminta kamu untuk terus mengasah keahlian dan menghasilkan hal-hal yang bernilai. Jika kamu belum memiliki keterampilan ini, maka fokus haruslah diarahkan pada perolehan keterampilan tersebut, karena inilah landasan dari craftsman mindset.
Semakin banyak “career capital” yang kamu miliki, semakin besar otonomi (kendali atas pekerjaan), kompetensi (rasa ahli dalam apa yang dilakukan), dan dampak (kemampuan untuk menciptakan perubahan) yang bisa kamu rasakan. Inilah tiga faktor utama yang, menurut Newport, benar-benar menciptakan kepuasan kerja jangka panjang, bukan sekadar gairah sesaat.
Penutup
Jadi, daripada terus-menerus mencari-cari “passion” yang mungkin tidak akan pernah muncul. Alihkan energi kamu untuk menjadi sangat, sangat ahli dalam apa pun yang kamu pilih untuk lakukan saat ini. Dengan dedikasi dan fokus pada penguasaan keterampilan, kepuasan dan “passion” yang sesungguhnya mungkin akan mengikuti dengan sendirinya.
Salam sukses bermanfaat…
*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI