Belajar Menang Tanpa Menjatuhkan

Di era digital ini, kita semakin sering melihat berbagai bentuk konflik yang muncul dari hal-hal sepele, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Kadang hanya karena perbedaan pendapat, ejekan, atau sekadar ingin menunjukkan siapa yang lebih unggul, orang rela terlibat dalam pertikaian yang merugikan banyak pihak.

Pertanyaannya, apakah benar untuk menang, kita harus menjatuhkan orang lain?

Photo by Gemini

Eric Barker, dalam bukunya Mendaki Tangga yang Salah, mengajak kita untuk memikirkan ulang definisi sukses. Ia menunjukkan bahwa banyak orang yang benar-benar sukses justru bukan karena mereka mengalahkan orang lain. Tapi, karena mereka memahami diri sendiri, memilih lingkungan yang tepat, dan berani berbeda.

Menang Bukan Berarti Mengalahkan

Dalam dunia kerja dan kehidupan sosial, masih banyak orang yang menganggap persaingan sebagai medan perang. Rekan kerja dianggap sebagai kompetitor. Keberhasilan orang lain terasa seperti ancaman. Bahkan ada yang merasa harus “menang” dalam diskusi dengan cara mempermalukan atau menjatuhkan lawan bicara.

Tapi seperti yang ditulis Eric Barker dalam Mendaki Tangga yang Salah, kita sering kali terlalu terobsesi pada kemenangan dalam sistem yang sebenarnya tidak membawa kita ke tujuan yang benar. Menang dalam konteks yang salah hanya membuat kita terlihat hebat di atas panggung yang keliru.

Kita perlu mengubah cara pandang tentang kemenangan. Menang bukan soal mengalahkan orang lain, tapi soal mengalahkan ego, membangun nilai, dan menciptakan dampak positif.

Sukses Itu Soal Pilihan, Bukan Paksaan

Barker juga menekankan bahwa kesuksesan tidak datang dari satu jalur saja. Ada orang yang sukses karena patuh aturan, ada yang sukses karena berani melawan arus. Yang penting adalah memilih tangga yang benar, bukan sekadar memanjat yang paling tinggi.

Tawuran, bullying, dan kompetisi destruktif adalah contoh dari “memanjat tangga yang salah”. Kita merasa sedang naik, padahal kita sedang menjauh dari nilai-nilai yang membuat kita benar-benar sukses, yaitu integritas, empati, dan keberanian untuk berbeda.

Konflik yang destruktif seringkali muncul karena kita merasa harus membuktikan diri dengan cara yang salah. Padahal, ada banyak cara untuk menunjukkan nilai diri tanpa harus menjatuhkan orang lain.

Saatnya Mendefinisikan Ulang Sukses

Kita hidup di zaman di mana validasi sering datang dari likes, views, dan komentar. Tapi validasi sejati datang dari kontribusi dan karakter. Kita punya kekuatan besar untuk mengubah arah, dari kompetisi destruktif ke kolaborasi produktif.

Bayangkan jika energi yang biasa digunakan untuk konflik dialihkan untuk membangun komunitas, membuat konten edukatif, atau memulai proyek sosial. Bukankah itu kemenangan yang lebih bermakna?

Penutup

Eric Barker mengingatkan kita bahwa sukses bukan soal siapa yang paling cepat, paling kuat, atau paling populer. Sukses adalah soal menemukan jalan yang sesuai dengan nilai kita, dan berani berjalan di sana meski tidak ramai.

Mari kita menang dengan cara yang sehat. Menang dengan membangun, bukan menghancurkan. Menang dengan mengangkat, bukan menjatuhkan.

Karena pada akhirnya, sukses yang sejati adalah sukses yang tidak meninggalkan luka di jalan yang kita lalui.

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top