Sudah Coba Berbagai Diet tapi Gagal Terus? Mungkin Ini Solusinya

Kamu mungkin sudah pernah mencoba berbagai macam diet. Mulai dari diet rendah karbohidrat, rendah lemak, diet tinggi protein, hingga puasa intermiten.

Awalnya semangat membara, tapi seiring waktu, godaan datang, motivasi luntur, dan akhirnya… kembali ke pola makan lama. Berat badan tetap tidak berubah, atau malah naik lagi setelah turun sedikit. Bahkan kenaikannya bisa lebih besar dari penurunannya.

Image by Sora

Kalau kamu merasa ini seperti deja vu, mungkin saatnya berhenti mencari what (diet apa yang cocok), dan mulai menggali why dan how. Karena seringkali, kegagalan diet bukan hanya tentang apakah kita memilih diet yang tepat, tapi lebih dalam dari itu.

Ada dua elemen krusial yang mungkin selama ini terlewatkan dan bisa jadi kunci utama keberhasilan diet jangka panjang kamu.

1. Temukan “Big Enough Why

Salah satu alasan utama mengapa banyak diet gagal adalah karena motivasi yang tidak cukup kuat. Untuk berhasil dalam diet, kamu perlu menemukan alasan yang cukup besar dan penting buatmu. Ini disebut “big enough why“. Alasan ini harus lebih dari sekadar ingin menurunkan berat badan, harus ada alasan yang lebih dalam dan personal.

“Ingin kurus” atau “ingin sehat” saja mungkin tidak cukup kuat untuk melewati masa-masa sulit. Kamu perlu alasan yang jauh lebih besar, yang memicu emosi, yang bisa membuat kamu tetap teguh saat godaan datang menghampiri.

Coba gali lebih dalam:

  • Apakah kamu ingin memiliki lebih banyak energi untuk bermain dengan anak-anak kamu?
  • Apakah kamu ingin mengurangi risiko penyakit tertentu yang diturunkan dalam keluarga?
  • Apakah ada acara penting seperti pernikahan atau reuni yang ingin kamu hadiri dengan penampilan terbaik?

Menemukan “big enough why” ini tidak selalu mudah dan mungkin memerlukan refleksi diri yang mendalam. Cobalah untuk menulis daftar alasan mengapa kamu ingin menurunkan berat badan dan pilih yang paling kuat dan bermakna bagimu. Alasan ini akan menjadi pendorong utama saat menghadapi tantangan dalam diet.

2. Lakukan “Jeda” Saat Godaan Datang

Godaan makan itu sering datang tiba-tiba dan biasanya bukan karena lapar, tapi bisa karena stres, bosan, capek, atau sekadar kebiasaan. Misalnya, kamu baru saja menjalani hari yang panjang dan melelahkan, lalu matamu melihat sepiring Brownies Almond di meja dapur. Pikiran pertama mungkin langsung ingin mengambil satu atau bahkan dua potong dan melahapnya.

Alih-alih langsung menyerah pada dorongan tersebut, cobalah untuk berhenti sejenak. Beri dirimu jeda sekitar 5 menit. Jeda ini bukan untuk menyiksa diri, tapi untuk memberi ruang bagi otakmu berpikir.

Selama jeda ini, lakukan beberapa hal:

  • Minum segelas air: Terkadang, rasa haus disalahartikan sebagai lapar.
  • Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah saya benar-benar lapar, atau ini hanya keinginan emosional/kebiasaan?” “Apakah kue ini sepadan dengan tujuan jangka panjang saya?”
  • Visualisasikan “big enough why” kamu: Ingat kembali alasan mengapa kamu memulai diet ini.

Dengan melakukan jeda, kamu memberikan waktu bagi otak untuk “menggali kembali” dan memproses informasi. Kamu memberi kesempatan pada diri sendiri untuk membuat keputusan yang lebih sadar, bukan sekadar bereaksi terhadap godaan. Kamu akan terkejut betapa seringnya keinginan itu mereda dan berlalu begitu saja setelah jeda singkat ini.

Penutup

Banyak orang berpikir diet hanya soal menu dan kalori. Padahal, sebagian besar keberhasilan diet justru datang dari pengelolaan emosi, kebiasaan, dan keputusan kecil sehari-hari.

Temukan alasan besarmu. Latih kemampuan untuk berhenti sejenak. Dua hal ini bisa menjadi fondasi kuat untuk perjalanan perubahanmu.

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top