Meningkatkan Kemampuan Observasi dengan NLP untuk Auditor Internal

Dalam dunia audit internal, kemampuan observasi bukan sekadar keahlian tambahan, melainkan termasuk bagian penting dari proses audit itu sendiri. Ketika auditor melakukan wawancara, observasi lapangan, atau walkthrough proses, banyak informasi penting justru tersimpan dalam hal-hal yang tidak dikatakan secara langsung.

Ibarat detektif, auditor kadang harus bisa membaca gelagat seperti Sherlock Holmes. Bedanya, kita tidak pakai jas panjang dan kaca pembesar, tapi pakai kemeja dan lembar kertas kerja. Nah, di sinilah pendekatan Neuro-Linguistic Programming (NLP) bisa menjadi senjata yang elegan.

Salah dua teknik NLP yang sangat berguna untuk meningkatkan kepekaan observasi auditor internal adalah Kalibrasi dan Eye Accessing Cues. Keduanya memberikan landasan untuk membaca lebih dalam dari sekadar kata-kata.

Photo by Anna Shvets

Kalibrasi

Kalibrasi dalam NLP berarti memperhatikan dan mencatat pola perilaku atau ekspresi alami seseorang dalam keadaan netral atau normal. Dengan memahami pola dasar ini, auditor bisa lebih mudah menangkap perubahan yang muncul saat narasumber merespons pertanyaan kritis.

Misalnya, saat Anda memulai wawancara, Anda perhatikan bahwa narasumber berbicara dengan tempo sedang, tangan terbuka, dan kontak mata stabil. Lalu, ketika Anda menanyakan hal sensitif seperti lamanya pembayaran invoice untuk transaksi tertentu, ia mulai menyilangkan tangan, menghindari kontak mata, dan menjawab dengan lebih singkat.

Perubahan inilah yang menjadi sinyal. Kalibrasi membantu auditor internal untuk membandingkan respons aktual dengan baseline awal. Teknik ini bukan untuk menuduh, tetapi untuk mengarahkan pertanyaan lanjutan secara lebih efektif.

Untuk mengetahu baseline awal, saat memulai wawancara, ajukan pertanyaan ringan seperti “Bagaimana kabarnya hari ini?” atau “Perjalanan ke kantor pagi ini lancar?”.

Eye Accessing Cues

Salah satu teknik NLP yang menarik dan sering membuat penasaran adalah Eye Accessing Cues, yaitu kecenderungan arah gerakan mata seseorang saat mengakses jenis informasi tertentu.

Secara umum, arah gerakan mata mencerminkan proses berpikir:

  • Kanan Atas: Kontruksi Visual (membayangkan hal yang belum pernah dilihat)
  • Kiri Atas: Mengingat Visual (gambar nyata yang pernah dilihat)
  • Kanan Samping: Kontruksi Auditori (suara yang dibayangkan atau dipalsukan)
  • Kiri Samping: Mengingat Auditori (suara yang pernah didengar)
  • Kanan Bawah:  Kinestetik (merasakan, emosi, atau sentuhan)
  • Kiri Bawah: Dialog Internal (bicara dalam hati)

Sebagai auditor internal, kita tidak perlu menganalisis setiap arah mata secara berlebihan. Namun, pemahaman dasar ini dapat memberi petunjuk saat seseorang sedang membangun jawaban atau mengingat sesuatu.

Misalnya, jika Anda menanyakan prosedur yang seharusnya dilakukan dan responden terus mengarahkan mata ke kanan atas (visual konstruksi), bisa jadi dia sedang mereka-reka jawaban. Tapi, jika matanya ke kiri atas (visual mengingat), kemungkinan dia sedang mengingat kejadian nyata.

Perlu diingat bahwa Eye Accessing Cues bukan alat pendeteksi kebohongan. Mereka hanya memberikan indikasi bagaimana seseorang mengakses informasi, bukan benar atau salahnya informasi itu. Hal tersebut dapat menjadi petunjuk awal untuk ditelusuri lebih lanjut lewat bukti dokumen atau uji analitis.

Penutup

Kemampuan observasi yang tajam bukan soal bakat semata, tetapi bisa dilatih. NLP memberikan lensa tambahan bagi auditor internal untuk melihat hal-hal kecil yang bermakna besar. Di tengah derasnya informasi dan keterbatasan waktu audit, menjadi peka terhadap sinyal non-verbal bisa menjadi keunggulan tersendiri sebagai auditor internal.

Selamat mencoba, dan ingat, mata bisa bicara dan tubuh sering jujur saat kata-kata tidak.

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top