FOMO dan Tangga yang Salah

Pernah nggak sih, kamu scroll media sosial dan tiba-tiba merasa hidupmu kurang seru? Teman liburan ke luar negeri, tetangga beli mobil baru, orang yang kamu follow baru saja dapat penghargaan. Rasanya seperti semua orang sedang naik tangga kesuksesan dan kamu masih di anak tangga pertama, bahkan mungkin belum mulai.

Itulah yang disebut FOMO (Fear of Missing Out). Perasaan takut tertinggal, takut tidak relevan, takut tidak cukup. Dan tanpa sadar, kita mulai ikut-ikutan naik tangga yang sebenarnya bukan milik kita.

Photo by Gemini

Ketika Tujuan Kita Ditentukan Orang Lain

FOMO sering kali muncul karena kita membiarkan dunia luar menentukan arah hidup kita. Kita memilih jurusan, pekerjaan, bahkan gaya hidup bukan berdasarkan keinginan pribadi, tapi karena itu yang “lagi tren” atau dianggap sukses oleh orang lain. Kita takut terlihat berbeda, takut dianggap lambat, takut dianggap belum berhasil.

Eric Barker, dalam bukunya Mendaki Tangga yang Salah, menyebut banyak orang bekerja keras dan gigih, tapi menuju arah yang salah. Mereka memanjat tangga karier yang tak pernah mereka pertanyakan, hanya karena semua orang juga memanjatnya. Dan ketika sudah sampai di atas, mereka baru sadar, “Ini bukan tempat yang aku mau.”

Sukses Itu Personal, Bukan Seragam

Banyak dari kita terjebak dalam definisi sukses yang sempit, misalnya jabatan tinggi, penghasilan besar, rumah mewah. Padahal, sukses itu seharusnya personal. Ada yang merasa sukses saat bisa punya waktu dengan keluarga. Ada yang merasa sukses saat bisa hidup tenang tanpa drama kantor. Dan itu sah-sah saja.

Menurut Barker, kalau kita terus memakai definisi sukses orang lain, kita tak akan pernah puas. Karena selalu ada yang lebih tinggi, lebih cepat, lebih mengesankan. Tapi ketika kita tahu apa yang penting bagi diri sendiri, kita tak mudah goyah meskipun dunia sekitar sibuk berlomba.

Dampak FOMO: Lelah, Cemas, dan Kehilangan Arah

FOMO itu melelahkan. Kita merasa harus terus berlari agar tidak tertinggal, tapi tidak tahu persis ke mana arahnya. Kita jadi:

  • Lelah secara emosional, karena selalu merasa kurang.
  • Cemas secara sosial, takut ketinggalan tren atau pencapaian.
  • Kehilangan arah, karena terlalu sibuk mengikuti standar luar sampai lupa apa yang sebenarnya kita mau.

Lama-lama, hidup jadi seperti ajang pembuktian yang tak ada habisnya.

Cara Keluar dari FOMO dan Menemukan Tangga Sendiri

Melepaskan diri dari cengkeraman FOMO dan menemukan tangga yang tepat membutuhkan kesadaran dan keberanian:

  • Definisikan “Sukses” untuk Diri Kamu: Lupakan apa kata orang lain atau media sosial. Apa arti kesuksesan bagimu? Apakah itu kebebasan, dampak sosial, waktu bersama keluarga, atau penguasaan skill tertentu? Tuliskan definisi pribadimu.
  • Kenali Kekuatan dan Minat Unikmu: Apa yang benar-benar kamu nikmati? Di mana kamu secara alami unggul? Gunakan ini sebagai panduanmu. Jangan paksakan diri untuk jadi jago di semua hal atau mengikuti tren yang tidak sesuai.
  • Batasi Paparan Pemicu FOMO: Kurangi waktu di media sosial, atau setidaknya, ubah cara kamu mengonsumsinya. Ingatlah bahwa apa yang ditampilkan di media sosial seringkali hanyalah puncak gunung es, dan bukan gambaran utuh.
  • Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil: Alih-alih terobsesi dengan pencapaian akhir yang orang lain tunjukkan, nikmati perjalanan dan proses belajar. Rayakan kemajuan kecilmu.
  • Berani Berbeda: Ini mungkin yang paling sulit, tetapi juga paling membebaskan. Jika jalan kamu berbeda dari kebanyakan orang, tidak apa-apa. Seringkali, justru di situlah letak keunggulan dan kepuasan sejati.

Penutup

FOMO bisa membuat kita terjebak dalam keinginan yang bukan milik kita. Kita jadi sibuk naik, sibuk mengejar, tapi kehilangan arah. Itulah kenapa penting untuk berhenti sejenak, menengok ke belakang, dan bertanya, “Apakah ini benar-benar jalan yang aku pilih?”

Jadi, daripada sibuk mengejar pencapaian orang lain, mari kita fokus membangun versi terbaik dari diri kita sendiri. Karena tangga yang benar bukan yang paling tinggi, tapi yang paling sesuai.

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top