Pernah menyusun slide presentasi dengan penuh semangat, banyak data, warna-warni, lengkap dengan bullet points? Tapi, saat ditampilkan, audiens terlihat bosan, memalingkan pandangan, atau malah sibuk dengan gadget mereka.
Situasi yang membuat Anda jadi hilang fokus dan bertanya-tanya, apa yang masalahnya?

Dalam bukunya Presenting to Win, Jerry Weissman mengidentifikasi berbagai penyebab mengapa presentasi, meskipun secara teknis rapi, tetap gagal memikat audiens. Berikut beberapa kesalahan umum yang mungkin tanpa sadar sering kita lakukan.
1. Terjebak dalam ‘Slide-ument’: Antara Slide dan Dokumen
Weissman menyebut salah satu kesalahan terbesar dalam presentasi adalah menggunakan slide sebagai dokumen. Banyak presenter mengisi slide mereka dengan paragraf panjang, data yang menumpuk, dan bullet points yang tak berujung. Padahal, slide seharusnya membantu menyampaikan pesan secara visual, bukan menjadi bahan bacaan seperti laporan tahunan.
Untuk menghindari ini, kita perlu mengingat bahwa setiap slide sebaiknya hanya menyampaikan satu pesan utama. Visual yang kuat lebih baik daripada teks panjang. Slide yang sederhana dan fokus justru akan membuat audiens lebih mudah memahami dan mengingat isi presentasi.
2. Fokusnya Salah: Terlalu Banyak Bicara tentang Diri Sendiri
Weissman juga menyoroti kecenderungan presenter untuk terlalu fokus pada diri sendiri. Berbicara panjang lebar tentang produk, fitur, atau kehebatan perusahaan, tanpa menjelaskan apa manfaatnya bagi audiens. Hal ini membuat presentasi terasa seperti monolog yang tak relevan.
Agar lebih efektif, presentasi perlu menjawab pertanyaan utama yang diam-diam selalu diajukan oleh audiens: “Apa untungnya buat saya?” Prinsip WIIFY (What’s In It For You) menjadi panduan penting agar konten yang disampaikan benar-benar relevan dan menarik bagi mereka yang mendengarkan.
3. Tidak Ada Alur Cerita yang Jelas
Presentasi yang hanya berisi tumpukan informasi tanpa alur cerita yang jelas sering membuat audiens bingung dan cepat kehilangan minat. Tanpa struktur yang memandu, mereka sulit memahami hubungan antar slide dan tujuan dari seluruh presentasi.
Weissman menyarankan agar kita menyusun narasi dengan alur yang logis, seperti pola masalah-solusi, sebab-akibat, atau kronologi waktu. Dengan menyusun informasi dalam bentuk cerita, audiens tidak hanya menerima data, tapi juga memahami konteks dan urgensi dari pesan yang disampaikan.
4. Tidak Memikirkan Audiens
Kesalahan lain yang sering terjadi adalah asumsi bahwa audiens akan langsung memahami istilah teknis, konteks, atau data yang disajikan. Presenter kadang lupa bahwa tidak semua orang di ruangan memiliki latar belakang atau pemahaman yang sama.
Karena itu, penting untuk memulai dengan memahami siapa audiens Anda, apa kebutuhan mereka, seberapa dalam pengetahuan mereka tentang topik, dan gaya komunikasi apa yang paling cocok digunakan. Menyesuaikan bahasa dan tingkat detail dengan profil audiens akan membuat presentasi jauh lebih relevan dan mudah diterima.
Penutup
Slide yang membosankan lebih seringnya bukan karena kurang animasi atau tidak menggunakan template canggih. Masalah sebenarnya adalah ketika slide tidak punya pesan yang kuat, tidak berfokus pada audiens, dan tidak memiliki alur cerita yang mengalir.
Seperti yang dikatakan Weissman, “Keberhasilan presentasi Anda tidak terlalu bergantung pada apa yang Anda katakan, tetapi lebih pada apa yang didengar audiens.” Maka, sebelum membuka PowerPoint dan mulai mendesain slide, ada baiknya kita bertanya dulu, “Apa yang ingin saya ubah di pikiran audiens setelah presentasi ini?”
Salam sukses bermanfaat…
*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI