Apa yang Kamu Yakini, Itulah yang Membentuk Hidupmu

Pernah merasa seperti ada tembok tak terlihat yang menghalangi langkahmu, padahal secara logika kamu bisa melewatinya? Mungkin itu bukan kurangnya kemampuan, tapi keyakinanmu yang membatasi.

Dalam buku Personal Power, Dr. Ibrahim Elfiky menyebut keyakinan sebagai kekuatan ketiga yang paling menentukan apakah kita akan maju atau terus diam di tempat. Karena pada akhirnya, apa yang kita yakini tentang diri sendiri, orang lain, dan kehidupan akan menjadi batas atau pendorong utama dalam hidup kita.

Photo by Gemini

Apa Itu Keyakinan?

Keyakinan bukan hanya soal agama atau kepercayaan spiritual. Lebih luas dari itu, keyakinan adalah segala hal yang kita anggap benar, tentang siapa kita, apa yang mungkin, dan bagaimana dunia bekerja. Masalahnya, banyak dari keyakinan itu terbentuk secara tidak sadar, sejak kecil, dari lingkungan, orang tua, atau pengalaman masa lalu.

Contohnya:

  • “Aku memang nggak berbakat.”
  • “Orang sukses itu harus punya koneksi.”
  • “Aku nggak layak dicintai.”

Kalimat-kalimat itu tampak sepele, tapi jika dipercaya terus-menerus, mereka menjadi tembok yang mengurung potensi kita.

Mengapa Keyakinan Begitu Kuat?

Karena keyakinan mengendalikan cara kita berpikir, merasa, dan bertindak. Orang yang percaya dirinya bodoh akan enggan melakukan hal baru, bahkan sebelum mencobanya. Sebaliknya, seseorang yang percaya bahwa kesalahan adalah bagian dari belajar akan lebih berani melangkah.

Keyakinan juga bekerja seperti filter, seperti dua orang bisa mengalami hal yang sama, tapi menafsirkannya sangat berbeda tergantung apa yang mereka yakini. Seseorang yang percaya bahwa “hidup ini selalu memberikan pelajaran” akan bisa melihat hikmah di balik kegagalan. Tapi orang yang percaya bahwa “hidup selalu tidak adil” mungkin akan makin kecewa.

Bagaimana Mengubah Keyakinan yang Menghambat?

Kabar baiknya, keyakinan bisa dibentuk ulang. Kita tidak harus hidup selamanya dengan keyakinan lama yang tidak membantu. Berikut langkah awal yang bisa kamu lakukan:

1. Sadarilah keyakinanmu yang membatasi. Tuliskan, apa yang kamu percaya tentang dirimu yang sering membuatmu ragu atau takut? Misalnya: “Aku terlalu tua untuk mulai dari awal.”

2. Tantang kebenarannya. Tanyakan, “Apakah ini benar 100%? Apakah aku punya bukti sebaliknya?” Sering kali, kita menemukan bahwa keyakinan itu tidak berdasar.

3. Ganti dengan keyakinan baru yang mendukung. Contoh, dari “Aku nggak bisa ngomong di depan umum” menjadi “Aku bisa belajar pelan-pelan untuk lebih percaya diri bicara.”

4. Ulangi dan perkuat. Keyakinan baru perlu diulang terus agar masuk ke pikiran bawah sadar. Gunakan afirmasi, visualisasi, atau cari bukti nyata dalam keseharian.

Penutup

Keyakinan adalah pondasi hidup. Ia bisa menjadi jembatan ke masa depan, atau justru dinding yang membatasi gerak. Dan kabar baiknya, dinding itu bisa dihancurkan. Kamu bisa memilih untuk membangun ulang keyakinanmu yang lebih sehat, lebih kuat, dan lebih selaras dengan potensi terbaikmu.

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top