Pernah mengalami audiens yang tampak acuh saat Anda presentasi? Tatapan kosong, kepala menunduk, atau bahkan cek notifikasi ponsel di tengah slide penting Anda?
Menyebalkan? Pasti. Tapi jangan buru-buru menyalahkan mereka. Bisa jadi, mereka tidak peduli bukan karena tidak sopan, mereka hanya belum diberi alasan untuk peduli.

Jerry Weissman, dalam bukunya Presenting to Win, menggarisbawahi satu prinsip mendasar, bahwasanya presentasi yang hebat bukan soal apa yang ingin Anda sampaikan, tapi apa yang ingin didengar dan dirasakan oleh audiens.
Lalu bagaimana cara membuat audiens benar-benar peduli dengan presentasi kita? Weissman menyarankan beberapa prinsip penting berikut ini, yang bisa langsung diterapkan siapa pun, dari ruang rapat kecil hingga panggung besar.
1. WIIFY: Pertanyaan Diam-Diam yang Ditanyakan Semua Audiens
Weissman memperkenalkan konsep WIIFY – What’s In It For You, sebuah prinsip yang wajib dipegang oleh semua presenter. Saat Anda naik panggung atau membuka PowerPoint, audiens secara tidak sadar bertanya, “Apa untungnya buat saya?” Kalau mereka tidak segera mendapatkan jawabannya, mereka akan mulai kehilangan minat, tidak peduli seberapa canggih animasi slide Anda.
Artinya, Anda perlu menyusun presentasi bukan dari sudut pandang “apa yang saya tahu”, melainkan “apa yang dibutuhkan atau diinginkan audiens saya”. Temukan dulu kepentingan mereka, lalu kaitkan isi presentasi Anda sebagai jawaban atas kebutuhan itu.
2. Presentasi Bukan Tentang Anda
Salah satu kesalahan umum adalah presenter yang terlalu fokus pada dirinya sendiri. Sibuk menjelaskan sejarah perusahaan, pencapaian pribadi, atau fitur produk secara detail. Padahal, audiens tidak hadir untuk mendengarkan profil Anda. Mereka hadir untuk mencari solusi, inspirasi, atau informasi yang bisa mereka gunakan.
Maka, posisikan diri Anda bukan sebagai pusat cerita, tapi sebagai pemandu, yang membantu audiens mencapai tujuan mereka. Biarkan audiens menjadi tokoh utamanya, dan Anda adalah pembantu cerita yang memberi peta jalan.
3. Gunakan Bahasa Audiens, Bukan Bahasa Internal
Banyak presentasi gagal karena menggunakan istilah teknis, jargon internal, atau bahasa yang hanya dimengerti oleh pembicara dan timnya. Padahal, yang dibutuhkan audiens adalah pesan yang jelas dan mudah dicerna. Terlalu banyak istilah asing akan membuat mereka tersesat.
Jadi, gunakan bahasa yang akrab di telinga mereka. Kalau pun harus menyampaikan sesuatu yang teknis, berikan analogi atau visualisasi yang memudahkan. Presentasi bukan kompetisi istilah, tapi komunikasi makna.
4. Bangun Koneksi Emosional, Bukan Sekadar Logika
Banyak orang mengira presentasi yang kuat adalah yang penuh data dan logika. Padahal, orang tidak selalu termotivasi oleh angka, mereka digerakkan oleh emosi. Weissman menyarankan agar presenter tidak hanya menyampaikan data, tapi juga membangun cerita yang menggugah empati atau rasa ingin tahu.
Ceritakan dampak nyata, gunakan contoh yang relatable, dan ajak audiens membayangkan bagaimana informasi Anda akan memengaruhi kehidupan atau pekerjaan mereka. Semakin mereka merasa “terlibat”, semakin besar kemungkinan mereka akan peduli.
Penutup
Membuat audiens peduli bukan soal suara lantang atau desain slide yang mencolok. Itu soal memahami siapa mereka, apa yang mereka butuhkan, dan bagaimana Anda bisa membantu mereka mencapainya.
Saat Anda berhenti bertanya, “Apa yang ingin saya sampaikan?”, dan mulai bertanya, “Apa yang perlu audiens saya dengar?”, maka presentasi Anda akan mulai menyentuh sasaran. Karena pada akhirnya, presentasi yang hebat bukan yang paling keras suaranya, tapi yang paling bisa didengar dan dirasakan.
Salam sukses bermanfaat…
*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

