Senjata Rahasia untuk Bangkit dari Kegagalan Resolusi Tahun Baru

Tiap Januari, kita diserbu semangat baru. Mulai diet sehat, olahraga rutin, hingga hidup lebih teratur. Tapi sebelum bulan berganti, banyak yang sudah membuat alasan, “libur dulu sehari ini”, lalu dua hari, lalu… hilang arah.

Kalau kamu pernah mengalami ini, kamu tidak sendiri. Dan kabar baiknya, mungkin yang kamu butuhkan bukan lebih banyak disiplin, tapi lebih banyak pengertian terhadap diri sendiri.

Photo by Jessica Thames

Efek “Ah, Sudahlah!” yang Menghancurkan

Pernah mengalami kejadian seperti ini?

“Aku udah makan gorengan dua biji… ya udahlah, sekalian aja makan martabak.”

Inilah yang disebut Kelly McGonigal sebagai “what-the-hell effect” atau “efek ah sudahlah”, seperti dibahas dalam bukunya The Willpower Instinct. Begitu kita menyimpang sedikit dari niat awal, lalu cenderung menyerah sepenuhnya. Karena merasa sudah gagal, maka sekalian saja “jatuh bebas”. Sebuah spiral kegagalan yang dimulai dari satu kesalahan kecil.

Masalahnya bukan karena kamu tidak punya kemauan. Masalahnya adalah cara kamu merespons kegagalan.

Kunci Bangkit: Bukan Menghukum Diri, Tapi Memahami Diri

Bayangkan kamu punya sahabat yang gagal diet. Apakah kamu akan mengatakan padanya, “Dasar kamu payah!”? Tentu tidak. Tapi anehnya, kita sering berkata begitu pada diri sendiri.

McGonigal menjelaskan bahwa belas kasih terhadap diri sendiri, self-compassion, adalah senjata rahasia yang membuat kita bisa bangkit dan tetap konsisten. Self-compassion, bukan kritik diri, adalah kunci untuk memperbaiki diri. Orang yang memaafkan diri mereka atas kesalahan cenderung lebih bertanggung jawab dan lebih mungkin memperbaikinya.

Dalam sebuah eksperimen yang dikutip McGonigal, mahasiswa yang “diizinkan” untuk memaafkan diri setelah makan donat ternyata makan lebih sedikit ketika diberi kesempatan ngemil lagi, dibandingkan dengan yang tidak diberi dorongan untuk bersikap lembut pada diri sendiri.

Rasa Bersalah Bukan Motivator yang Baik

Kita sering berpikir bahwa rasa bersalah akan memotivasi kita untuk berubah. Sayangnya, menurut McGonigal, justru sebaliknya. Rasa bersalah bukanlah motivator yang baik. Ini justru merusak kemauan kita, membuat kita merasa tidak layak untuk berubah, dan mendorong kita untuk mencari kenyamanan jangka pendek.

Ketika kita merasa buruk tentang diri sendiri, kita cenderung menenangkan diri dengan makanan, scrolling tanpa henti, atau belanja impulsif. Akibatnya? Kita justru makin jauh dari tujuan awal atau resolusi tahun baru yang ingin dicapai.

3 Cara Praktis Bangkit Setelah Gagal

Berikut beberapa strategi sederhana berdasarkan buku The Willpower Instinct yang bisa kamu coba setelah “terpeleset”:

1. Ubah Nada Bicara ke Diri Sendiri

Bayangkan kamu sedang menghibur sahabat yang mengalami hal serupa. Gunakan nada dan kata-kata yang sama untuk dirimu.

2. Tulis Refleksi Penuh Belas Kasih

Contoh kalimat yang bisa kamu tulis:

“Saya memang belum konsisten, tapi saya sedang belajar. Saya akan coba lagi sekarang.”

3. Berhenti Sebentar dan Sadari Keinginanmu

Alih-alih menolak perasaan bersalah, duduklah dengan tenang, tarik napas, dan sadari: “Saya kecewa, tapi saya juga ingin berubah.” Kesadaran ini memberi ruang untuk membuat pilihan baru.

Tak Perlu Menunggu Tahun Depan untuk Memulai Lagi

Tidak perlu tunggu hari Senin. Tidak perlu tunggu tahun depan. Kata McGonigal, kemampuan kita untuk “mulai ulang” setiap saat adalah kekuatan besar dalam diri kita.

Penutup

“Memaafkan diri sendiri adalah cara tercepat untuk kembali ke jalur yang benar.”

Itulah salah satu pesan utama dari buku The Willpower Instinct. Jadi, jika resolusi tahun barumu pernah kandas, bukan berarti kamu gagal. Bisa jadi, kamu hanya belum menggunakan senjata rahasiamu, yaitu belas kasih terhadap diri sendiri.

Jadi, apakah kamu sudah memaafkan dirimu hari ini?

Salam sukses bermanfaat…

*) Dielaborasi dengan bantuan GenAI

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top